Selasa, 20 Mei 2014

JOLI HISAGE: “KITA SEKARANG HARUS MULAI PEMULIHAN”




Tomohon 19/05/2014. Gelisah dan penyesalan terlintas di wajah orang-orang mudah balim yang tergabung dalam kelompok Gladi Rohani St.Fransiskus Asisi dan Sta.Clara (GR) saat kegiatan siarah budaya yang di laksanakan selama bulan Januari -Februari 2014 di beberapa wilayah lembah baliem, mulai dari Kampung Tiwe, Pikhe, Pugima, Elagaima, Woogi dan Wouma dan di Waena Jayapura, Papua.
Ekspresi rasa prihatin dan gelisah ini terlihat jelas saat masing-masing orang yang hadir dalam setiap kegiatan  siarah budaya ini menyampaikan pendapatnya tentang pengaruh perubahan dunia terhadap budaya orang balim yang mengakibatkan orang balim sekarang semakin jauh dari budayanya yang adalah identitas dirinya.
“Jika Tidak Tobat,Menyesal,Keluar Dari Aturan Adat,  Anda Bukan”Akuni” yang artinya Manusia Sejati  ungkap bapak Joli Yulianus Hisage yang juga sekretaris Dewan Adat Papua pada pertemuan pertama (5 Januari 2014) yang di laksanakan di kampung Tiwe, Lembah Balim. Maka mulai sekarang harus ada pemulihan di tingkat orang tua dan orang mudah tambah bapak Joli sapaan hari-harinya. Untuk mengadakan pemulihan sebagai orang balim harus kembali ke Honai/Pilamo karena semua pedoman hidup orang balim ada di honai masing-masing ungkap bapak Bonifasius Mulait dan Bapak Philipus Mulait. Pesan yang lain juga di sampaikan oleh bapak Oagai bahwa, jika ingin ada pemulihan orang balim harus melihat kedepan dan kebelakang dalam arti harus pekah melihat situasi. Jagan kita terlenah dengan keadaan yang ada lalu membentuk kelompok penyakit sosial yang tidak dapat di kendalikan saat ini yaitu kelompok Galaksi (Gabungan laki-laki sinting) dan Kelompok Wamira ( Wanita milik ramai-ramai) tambah bapak Oagai.
Berkaitan dengan kegiatan siarah budaya, di tempat dan waktu yang berbeda pesan lain juga di sampaikan oleh Pastor Theodorus Kosy.Ofm. sebelum penutupan Misa bersama Kelompok Gladi Rohani dan Umat katolik di Paroki Pugima , lembah balim. Pastor Theodorus mengatakan” Bapak/Ibu/saudara dan saudari umat katolik di Paroki Pugima yang saya kasihi. Jika umat sekalian melihat cirikhas dan identitas saya dalam ruang lingkup yang besar, tentuh saya ini rambut keriting dan kulit hitam yang adalah orang Papua. Huwi-Kosy adalah klen saya dari beberapa klen yang ada di lembah balim yang artinya saya orang balim, dan nama adat saya adalah Kosy yang artinya saya anak adat yang berbudaya. Namun pada kesempatan ini saya merasa bahwa umat sekalian kecewa dengan kekurangan saya dimana saya tidak bisa memimpin Misa dengan bahasa ibu atau bahasa balim agar orang-orang tua di kampung boleh mengerti dengan baik tentang isi firman Allah yang saya sampaikan. Ini salah satu masalah dimana generasi sekarang sudah jauh dari budaya maka mulai hari ini untuk generasi berikutnya wajib belajar bahasa daerah karena bahasa daerah merupakan salah satu identitas diri orang baliem yang harus di pertahankan ungkap Pastor, dengan nada kesal namun tegas sambil mencontohkan dirinya sendiri kepada umat katolik di Paroki Pugima Khususnya dan Masyarakat Adat Balim umumnya.
Maksut dan tujuan di laksanakannya kegiatan siara budaya baliem  ini untuk menumbuhkan kembali rasa kecintaan diri orang mudah maupun orang tua terhadap budaya yang unik namun sedang hilang di telan oleh derasnya pengaruh globalisasi dan kesadaran kritis sebagai Masyarakat Adat ungkap Januarius Lagowan yang juga ketua Umum DPP. Mahasiswa Katolik Cendrawasih Papua di Indonesia (MKC-PAPUA).
Kegiatan ini di koordinir dan di pandu langsung oleh Meki Wetipo. Pendiri kelompok Gladi Rohani Jayapura , Januarius Lagowan dan Thadius Walilo. Pendiri kelompok Gladi Rohani balim dan di bantuh oleh beberapa orang pendiri GR balim lainnya. Kegiatan ini juga di dukung oleh Dewan Adat Papua Wilayah Lapago Baliem dan Pastor Theodorus Kossay.Ofm. yang juga Pastor pertama orang balim. //*Nenaluck*














Tidak ada komentar:

Posting Komentar